Selasa, 07 Juli 2015

7 Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia






 Jika Anda pernah melihat atau menyaksikan beberapa film mengenai mumi, maka jangan terkejut maupun heran. Yah pasalnya mumi sendiri merupakan sebuah hal nyata yang sudah dapat ditemukan dari berabad-abad tahun lampau.
Mumi merupakan mayat atau jasad yang masih dalam keadaan utuh walau setelah bertahun-tahun lamanya. seperti yang dilansir oddee.com, Penemuan mumi di beberapa tempat ini sempat menggegerkan warganya. Tentu saja akibat tubuh mereka yang bahkan tak mengalami perubahan sedikit pun.
Berikut adalah 7 Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia seperti yang dikutip dari vemale.com :

1. Mumi Tua Dari China
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com

Foto ini lantas menyeruak dan menjadi pusat perhatian akibat sebuah gambar yang menjadi objek di dalamnya. Yah dalam foto tersebut dapat kita lihat penemuan menakjubkan mumi berusia 700 tahun yang masih dalam kondisi sangat baik. Dan mumi yang ditemukan di China itu diperkirakan merupakan seseorang yang telah meninggal di tahun 1368 hingga 1644.
Mumi yang diperkirakan merupakan seseorang di Dinasti Ming itu ditemukan di kota Taizhou di provinsi Jiangsu bersama dengan dua makam kayu lainnya. Mumi ini sendiri ditemukan saat beberapa pekerja jalan di China menemukan sebuah peti kayu yang terdapat di dalamnya. Dan sudah pasti siapapun yang melihat mumi ini termasuk para penemunya sangat terkejut dengan kondisi tubuh dan pakaian yang masih dalam keadaan baik oleh dari mumi ini.

2. Mumi Anak Kecil Korban Ritual
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Dan penemuan mumi yang satu ini jauh lebih mengejutkan dibandingkan dengan yang sebelumnya. Bagaimana tidak, sebuah mumi yang dianggap merupakan jenazah anak kecil ini benar-benar masih menunjukkan kondisi yang sangat baik. Bahkan pada mumi itu masih ditemukan organ tubuh utuh, darah yang masih ada di bagian paru-paru dan juga kulit wajah yang masih sangat baik.
Mumi ini diyakini merupakan mayat seorang anak yang dikubur dan dimakamkan di sebuah puncak gunung sebagai korban dari ritual keagamaan. Walau kondisinya masih baik, namun mumi ini sendiri diyakini berusia sekitar 500 tahun lamanya. Bahkan Anda akan lebih terkejut dengan pakaian yang digunakan dengan kondisi yang jauh dari kata baik untuk sebuah mumi berusia ratusan tahun.

3. Gadis Cilik Utuh
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Dari kesekian mumi yang ada, mungkin jenazah dari gadis cilik inilah yang menjadi mumi paling muda di antaranya. Rosalia Lombardo adalah seorang anak perempuan dari Itali yang meninggal akibat influenza. Ayah Rosali sangat sedih dan terpukul dengan kematian sang anak yang masih berusia sekitar 3 tahun itu.
Sehingga sang ayah yang juga merupakan seorang jenderal menginginkan untuk melestarikan atau mengawetkan tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa itu. Dan benar saja, berkat teknik pembalseman, tubuh anak dari jenderal Lombrado itu masih dalam kondisi yang sangat baik. Bahkan organ dalam tubuh Rosalia ditemukan masih dalam keadaan yang sangat baik. Penemuan Rosalia sendiri di dalam sebuah kapel dan terbungkus oleh peti mati.


4. Mumi Tak Memiliki Otak
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Pada tahun 2012, sebuah tengkorak mumi wanita ditemukan dengan usia mencapai 2.400 tahun lamanya. Namun otak dari mumi wanita ini tak lagi ditemukan di dalam kerangka kepalanya. Pasalnya penghapusan otak adalah prosedur dalam membuat mumi yang dipercaya oleh beberapa masyarakat pada 3.500 tahun lalu.
Dan benar saja, di dalam kepala mumi ini terdapat alat untuk menghapus atau menghilangkan otak mereka agar tetap mengabadikan jenazah di saat mereka telah tiada. Dan menurut peneliti, mumi ini merupakan mumi kedua dengan alat penghapus otak yang ditemukan di dalam kepala mereka.


5. Mumi di Atas Loteng Rumah
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Seorang yang berasal dari Jerman ini sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia temui. Yah dalam sebuah peti kayu tua di loteng sang nenek, ia menemukan sebuah mumi yang terbungkus oleh perban. Para ahli sendiri sedang menyelidiki apakah mumi tersebut merupakan mumi asli atau bukan.
Namun yang menjadi sangat membingungkan ialah sang mumi yang terletak di dalam sarkofagus dan dilengkapi dengan canopic, topeng kematian. Sarkofagus sendiri seperti yang kita ketahui merupakan tempat yang digunakan orang terdahulu dalam menyimpan jenazah atau artefak lainnya.

6. Mumi Memakai Gaun
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Pada tahun 2010 tepatnya di bulan April, para pejabat Mesir mengumumkan bahwa sarkofagus yang belum dibuka terdapat mumi di dalamnya. Dan yah sebuah gurun telah digali oleh para peneliti dalam pencarian mumi yang dipercaya oleh para pejabat ini. Benar saja, sebuah mumi yang masih menggunakan gaun ini ditemukan di dalamnya. Namun aneh, tubuh mumi wanita itu diperkirakan hanya mencapai 97 sentimenter saja. Dan hal inipun lantas masih diteliti oleh para peneliti, apakah mumi tersebut merupakan manusia pendek atau bukan.


7. Mumi Eropa Pertama di Dunia
Penemuan Mumi Yang Menggemparkan Di Dunia
vemale.com
Sebuah penemuan menakjubkan ini terkait dengan mumi yang berusia sekitar 2000 tahun lamanya. Mumi yang ditemukan pada tahun 90-an di China ini adalah satu-satunya mumi dengan rambut pirang yang pernah ditemukan. Mumi yang memiliki hidung mancung ini dipercaya dulunya merupakan orang yang berasal dari Eropa.

Rabu, 17 September 2014

memelihara jenggot dalam islam

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab shahihnya dan yang lainnya dari Abdullah bin Umar radhiyallaahu’anhuma berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam : ” Waffiru (biarkan) jenggot dan rapikanlah kumis.” Dalam riwayat lain :”Rapikan kumis dan a’fuu (biarkan) jenggot” dalam riwayat lain : ” Anhikuu (rapikan) kumis dan biarkan jenggot.”
Jenggot adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan janggut. Berkata Ibnu Hajar: waffiru yakni dibiarkan menjulur, dan I’faaul lihyah artinya : biarkanlah apa adanya. Dan menyelisihi orang-orang musyrik dijelaskan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu : Bahwa orang musyrik  membiarkan kumis-kumis mereka dan mencukur jenggot-jenggot mereka, maka selisihilah mereka, biarkanlah jenggot dan rapikanlah kumis.” (HR. Bazzaar dengan sanad hasan). Dan dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam : “Selisihilah orang Majusi.” Karena mereka memendekkan jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka. Dalam riwayat Ibnu Hibban dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata : Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam menyebutkan orang Majusi maka beliau bersabda : “Mereka memanjangkan kumis dan mencukur jenggot mereka, maka selisihilah mereka.”. Dan riwayat Ibnu Hibban juga dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : ” Diantara fitrah Islam adalah : memotong kumis dan membiarkan jenggot, sesungguhnya orang Majusi membiarkan kumis dan memotong jenggot mereka maka selisihilah mereka, potonglah kumis dan biarkanlah jenggot kalian.”. dalam shahih Muslim dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : “Kita diperintahkan untuk memotong kumis dan membiarkan jenggot.”
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : Diharamkan mencukur jenggot. Berkata Imam Qurtubi : Tidak boleh mencukurnya (jenggot), mencabutnya dan mengguntingnya. Abu Muhammad Ibnu Hazm menyebutkan ijma’ bahwa memotong kumis dan memanjangkan jenggot adalah wajib. Beliau berdalil dengan hadits Ibnu Umar : “Selisihilah orang musyrik, potonglah kumis dan panjangkan njenggot.” Dan hadits Zaid bin Arqam yang marfu’ : “Barang siapa yang tidak memotong kumisnya maka bukan termasuk golongan kami.” Dishahihkan oleh Tirmidzi dan yang lainnya. Dalam kitab Al Furu’ : Ungkapan ini menurut ulama kami menunjukkan haram. Dalam kitab Al Iqna’ : Diharamkan untuk dicukur. Dan diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu’alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa yang mencukur rambut (jenggotnya) maka tidak ada baginya bagian di sisi Allah.” Berkata Zamahsyari : Yakni mencukurnya dari pipi atau menyemirnya dengan warna hitam. Berkata (Ibnul Atsir) dalam Nihayah : mencukurnya dari pipi atau mencabutnya atau menyemirnya dengan warna hitam.
Maka dari dalil-dalil di atas sudah cukup kiranya untuk menunjukkan haramnya mencukur jenggot karena hal tersebut menyelisihi sunnah Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam dan mengikuti kepada hawa nafsu juga menyerupai orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah ta’ala.
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (Al Maa’idah : 77)
“Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah : 145 )
Sebenarnya masih banyak dalil-dalil yang lain akan tetapi apa yang kita sebutkan insya Allah sudah mencukupi, wallaahu a’lam bishawab.

gimana cara jihad yang bener

Oleh: Bilal Atkinson - Inggris.
Penterjemah: A.Q. Khalid



‘Dan tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebajikan.’ (S.29 Al-Ankabut:69)

Kata bahasa Arab yaitu Jihad yang dikemukakan dalam ayat Al-Quran ini diterjemahkan sebagai ‘berjuang.’ Kata Jihad itu memang secara relatif pendek sekali tetapi implikasinya luar biasa dalam masyarakat Islam secara keseluruhan dan dalam kehidupan pribadi seorang Muslim. Jihad sebagaimana diperintahkan dalam Islam bukanlah tentang membunuh atau dibunuh tetapi tentang bagaimana berjuang keras memperoleh keridhaan Ilahi. Baik individual mau pun secara kolektif, Jihad merupakan suatu hal yang esensial bagi kemajuan ruhani.

Kata Jihad itu sama sekali tidak mengandung arti bahwa kita selalu dalam keadaan siap untuk berkelahi atau melakukan perang. Hal itu sama sekali jauh dari kebenaran dan realitas. Arti kata Islam sendiri berarti kedamaian dan semua usaha dan upaya kita sewajarnya diarahkan kepada penciptaan kedamaian serta harmoni di antara sesama kita, dalam komunitas dan dalam masyarakat secara keseluruhan.
Dalam kamus, kata Jihad diartikan sebagai berjuang tetapi juga sebagai ‘perang suci.’ Dalam kamus bahasa Inggris (Oxford Reference Dictionary) malah Jihad diartikan sebagai ‘perang untuk melindungi Islam dari ancaman eksternal atau untuk siar agama di antara kaum kafir.’ Kata suci dan perang sebenarnya tidak sinonim satu sama lain, bahkan saling bertentangan karena tidak ada yang suci pada dampak dan kengerian peperangan. Sangat menyedihkan bahwa kata ‘Jihad’ ini di masa kini sudah demikian disalah-artikan oleh bangsa-bangsa Barat, khususnya dalam media mereka. Sepintas, kesalah-pahaman demikian bisa dimengerti karena dalam milenium terakhir ini ada beberapa kelompok Muslim ekstrim dimana pimpinan mereka menterjemahkan ‘Jihad’ sebagai Perang Suci. Mereka mengenakan kata Jihad itu pada segala perang yang mereka lakukan, apakah untuk tujuan politis, ekonomi atau pun motivasi ekspansi. Akibat dari kesalahan istilah demikian, agama Islam secara keliru telah dituduh mendapatkan pengikutnya melalui cara pemaksaan dan laku kekerasan.
Kata Jihad itu sendiri dalam Al-Quran digunakan dalam dua pengertian: – Jihad fi Sabilillah – berjuang keras di jalan Allah, – Jihad fi Allah – berjuang keras demi Allah. Arti kata yang pertama menyangkut perang mempertahankan diri dari musuh kebenaran ketika mereka berusaha memusnahkan agama ini, sedangkan pengertian kata yang kedua adalah berusaha atau berjuang keras guna memenangkan keridhoan dan kedekatan kepada Allah s.w.t.. Kata yang kedua itu lebih mengandung signifikasi keruhanian yang lebih tinggi dibanding kata yang pertama.
Jihad ada tiga jenis:
  1. Berjuang melawan sifat dasar yang buruk dalam diri sendiri yaitu melawan nafsu dan kecenderungan kepada kejahatan.
  2. Berjuang melalui karya tulis, bicara dan membelanjakan harta guna penyiaran kebenaran Islam serta mengungkapkan keindahannya kepada non-Muslim.
  3. Berjuang melawan musuh kebenaran, termasuk di dalamnya perang membela diri.
Rasulullah s.a.w. mengistilahkan kedua Jihad yang pertama sebagai Jihad Akbar sedangkan yang ketiga sebagai Jihad Ashgar (Jihad yang lebih kecil). Suatu ketika saat kembali dari suatu peperangan, beliau menyatakan:
‘Kalian telah kembali dari Jihad yang kecil (berperang melawan musuh Islam) untuk melakukan Jihad yang lebih besar (berperang melawan nafsu rendah). (Khatib)
Jihad Ashgar

Kami akan menjelaskan terlebih dahulu Jihad yang kecil yaitu Jihad Ashgar sebelum mengulas Jihad Akbar. Usia  Muhammad Rasulullah s.a.w. adalah empat puluh tahun saat datang panggilan Ilahi. Wahyu dan perintah pertama yang diterima beliau sebagai bagian dari Al-Quran adalah:
‘Bacalah dengan nama Tuhan engkau yang telah menciptakan; menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah ! Dia Tuhan engkau adalah Maha Mulia; yang mengajar dengan pena; mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (S.96 Al-Alaq:1-5)
Perintah pertama Allah s.w.t. ini jelas sekali menyuruh beliau untuk menyebarkan ajaran Islam, baik secara lisan mau pun tulisan dan bukan dengan kekerasan, bukan dengan pedang atau pun tindakan agresif apa pun. Kata yang pertama saja sudah menyatakan untuk menyampaikan pesan, memaklumatkan ke seluruh dunia akan wahyu dan ajaran Allah s.w.t. melalui keluhuran Al-Quran.
Tak lama kemudian  Rasulullah s.a.w. diperintahkan untuk menyatakan secara terbuka dan merata segala apa yang diwahyukan kepada beliau. Upaya beliau menyampaikan pesan Ilahi ini kepada masyarakat sekeliling beliau di Mekah ternyata hanya membuahkan cemooh dan memancing kekerasan. Pada awalnya hanya ada empat orang yang beriman kepadanya dan ketika hal ini didengar penduduk Mekah, mereka lantas saja menertawakan dan mencemooh. Dengan bertambah banyaknya ayat Al-Quran yang diwahyukan, tambah banyak pula orang-orang yang tertarik dan mengikuti pesan baru itu, terutama para pemuda, yang lemah dan yang tertindas dalam masyarakat Mekah. Apalagi wanita, dimana mereka tertarik kepada agama baru ini karena agama tersebut memberikan harga diri dan kehormatan kepada mereka di tengah bapak, suami dan putra-putra mereka, suatu hal yang belum pernah mereka nikmati sebelumnya mengingat mereka terkadang diperlakukan lebih buruk dari hewan.
Keberhasilan Rasulullah s.a.w. ini berimbas buruk terhadap diri beliau dan para pengikut awal. Penduduk Mekah melancarkan laku aniaya yang tambah lama tambah kejam dan buas dengan berjalannya waktu. Mereka menjadi ketakutan bahwa agama baru itu akan mengakar kuat dan agama serta budaya mereka sendiri menjadi hancur karenanya. Karena rasa takut itulah maka penduduk Mekah yang kafir itu lalu menghunus pedang dan berpesta menjagal para hamba Allah yang setia dan benar. Jalan-jalan di kota Mekah menjadi merah oleh darah umat Muslim, namun mereka ini tetap saja tidak membalas. Kerendahan hati dan sikap istiqomah mereka malah mendorong para penganiaya tersebut untuk bertindak lebih kejam lagi dimana mereka memperlakukan umat Muslim dengan cara aniaya dan pelecutan yang ekstrim. Banyak orang tua yang harus menyaksikan anaknya dibantai di depan mata mereka sendiri dan beberapa orang tua disalib di depan mata anak-anaknya.
Apa yang menjadikan orang-orang itu beriman kepada Rasulullah s.a.w., seorang laki-laki yang pada waktu itu tidak memiliki kekuasaan atau pun kekayaan, beliau jelas tidak ada menghunus pedang guna memaksa pengikutnya untuk beriman kepadanya dan pesan yang dibawanya. Satu-satunya ‘pedang’ yang digunakan  Rasulullah s.a.w. hanyalah Al-Quran, sebuah pedang ruhani, pedang kebenaran, yang secara alamiah telah menarik hati mereka yang tidak percaya, tanpa suatu agresi dalam bentuk apa pun. Demikian itulah keindahan, keagungan dan daya tarik Islam serta diri Muhammad yang menyiratkan kebaikan dan kasih sehingga mereka ini bersedia menyerahkan nyawa untuk itu. Adalah orang-orang non-Muslim, terutama penduduk Mekah, yang telah mengangkat pedang fisik mereka untuk menyerang umat Muslim guna memaksa mereka kembali kepada ajaran dan agama lama mereka.
Setelah Rasulullah s.a.w. hijrah ke Medinah, kekejaman bangsa kafir Quraish malah tambah melampaui batas. Mereka lantas membunuhi para pengikut lemah yang masih tertinggal di Mekah, termasuk wanita dan anak-anak yatim. Meski Rasulullah s.a.w. beserta banyak dari para sahabat telah hijrah ke Medinah, tetap saja mereka tidak dibiarkan hidup damai. Tetap saja mereka ini diganggu terus di tempat yang baru itu. Pada saat itu agama Islam yang baru muncul itu ditingkar musuh di segala penjuru dan terancam kepunahan. Berkenaan dengan keadaan seperti itulah maka perintah pertama tentang Jihad kecil lalu diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w.:
‘Telah diperkenankan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah diperlakukan dengan aniaya dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.’ (S.22 Al-Hajj:39)
Para ulama sependapat bahwa ini adalah ayat pertama yang memberi izin kepada umat Muslim untuk mengangkat senjata guna melindungi diri mereka. Ayat ini meletakkan dasar-dasar yang menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam melakukan perang defensif. Jelas dikemukakan disitu alasan yang telah mendorong segelintir umat Muslim tidak bersenjata dan sarana lainnya untuk berperang mempertahankan diri setelah menderita dengan sabar sekian lamanya. Mereka menderita aniaya terus menerus selama bertahun-tahun di Mekah dan masih terus diburu kebencian meski telah hijrah ke Medinah. Alasan utama umat Muslim mengangkat senjata adalah karena mereka telah diperlakukan dengan aniaya. Mereka telah menderita tak terbilang lagi aniaya musuh dan perang telah dipaksakan terhadap mereka.
Ayat Al-Quran berikutnya menegaskan inferensi tersebut dimana dinyatakan bahwa izin untuk berperang diberikan karena umat Muslim telah diusir dari rumah mereka:
Orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.”  Dan sekiranya tidak ada tangkisan Allah terhadap sebagian manusia oleh sebagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta masjid-masjid yang banyak disebut nama Allah di dalamnya. Dan pasti Allah akan menolong siapa yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa.’ (S.22 Al-Hajj:40)
Secara spesifik Al-Quran menegaskan bahwa bentuk Jihad ini adalah berperang melawan mereka yang telah menyerang Islam terlebih dahulu, dimana ayat-ayat Al-Quran lainnya juga menguatkan hal ini. Umat Muslim hanya boleh mengangkat senjata untuk membela diri terhadap mereka yang telah terlebih dahulu menyerang dan hanya jika umat Muslim memang tertindas dan teraniaya. Hal inilah yang menjadi sukma dan esensi daripada Jihad Islamiah yang sekarang ini banyak disalah-artikan. Jelas tidak benar sama sekali jika dikatakan bahwa Rasulullah s.a.w. hanya memberikan pilihan kepada umat untuk bai’at atau mati, Islam atau pedang.
Jihad dengan pedang yang terpaksa dilakukan Rasulullah s.a.w. serta umat Muslim awal karena tekanan keadaan yang khusus, adalah suatu phasa yang bersifat selintas dalam penegakan fondasi Islam. Mereka yang berusaha menghancurkan Islam dengan pedang, akhirnya punah karena pedang juga. Kecuali ada suatu bangsa atau negara yang memaklumkan perang terhadap umat Muslim dengan tujuan memupus Islam dari muka bumi, tidak ada perang atau pertempuran yang dilakukan umat Muslim yang bisa disebut sebagai Jihad. Tujuan dari umat Muslim dalam mengangkat senjata tidak pernah untuk mengkaliskan siapa pun dari rumah atau harta benda atau pun kemerdekaan mereka. Jihad perang hanya dibenarkan untuk membela diri guna menyelamatkan Islam dari suatu kehancuran, menegakkan kemerdekaan berpendapat disamping juga untuk membantu mempertahankan tempat-tempat ibadah umat agama lain dari kerusakan atau penghinaan. Singkat kata, tujuan utama dari perang yang dilakukan umat Muslim adalah guna menegakkan kebebasan beragama dan beribadah, membela kehormatan diri dan kemerdekaan terhadap serangan tidak beralasan, dan itu pun kalau ada alasan bahwa hal tersebut akan terjadi lagi.
Umat Muslim di masa awal tidak memiliki pilihan lain kecuali berperang karena mereka terpaksa harus melakukannya. Perang yang bersifat agresif sejak dulu mau pun kini tetap dilarang oleh Islam. Kekuatan politis negeri-negeri Muslim tidak boleh digunakan untuk ambisi atau pengagulan pribadi, tetapi hanya untuk perbaikan kondisi rakyat yang miskin serta demi pengembangan perdamaian dan kemajuan. Contoh akbar mengenai hal ini ada pada saat Rasulullah s.a.w. beserta para pengikut beliau kembali ke Mekah dengan kemenangan. Beliau berbicara kepada penduduk Mekah, menyampaikan:
‘Kalian telah melihat betapa sempurnanya janji Allah. Sekarang beritahukan kepadaku hukuman apa yang pantas dikenakan kepada kalian atas segala kekejaman dan kebengisan kalian terhadap mereka yang kesalahannya hanyalah karena mereka telah mengajak kalian untuk menyembah Tuhan yang Maha Esa? Mendengar itu penduduk Mekah menjawab: “Kami ingin engkau memperlakukan kami seperti Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya yang bersalah.” Mendengar permohonan tersebut, Rasulullah s.a.w. langsung menjawab “Demi Allah, kalian tidak akan dihukum sekarang ini dan tidak juga dimurkai.” (Hisham)
Al-Quran menyatakan:
Dan, perangilah mereka itu, sehingga tak ada lagi fitnah dan supaya agama menjadi seutuhnya bagi Allah. Tetapi, jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah swt. Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan.’ (S.8 Al-Anfal:39)
Ayat di atas menjelaskan kalau perang hanya boleh dilanjutkan sepanjang masih ada laku aniaya dan manusia belum bebas menganut agama yang mereka sukai. Jika musuh-musuh Islam menghentikan perang maka umat Muslim juga harus berhenti pula.
Bangsa yang paling pantas mendapat hukuman sesungguhnya penduduk Mekah itulah. Kalau Islam memang disiarkan melalui tekanan senjata, maka kejadian kemenangan umat Rasulullah s.a.w. atas Mekah merupakan saat paling tepat guna mengayunkan pedang untuk pembalasan dan penaklukan agar orang-orang masuk ke dalam Islam. Tetapi nyatanya tidak demikian, penduduk Mekah tunduk bukan karena pedang tetapi karena kasih sayang. Kasih kepada diri Rasulullah s.a.w. dan kecintaan pada ajaran Al-Quran yang mencerahkan kalbu.
Al-Quran menyatakan:
‘Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan. . .’ (S.2 Al-Baqarah:256)
Ayat di atas mengingatkan umat Muslim secara jelas dan gamblang untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menarik non-Muslim ke dalam agama Islam. Dijelaskan juga alasannya mengapa kekerasan itu tidak perlu digunakan yaitu karena jalan yang benar telah nyata bedanya dari jalan kesesatan sehingga tidak ada pembenaran untuk menggunakan kekerasan. Rasulullah s.a.w. secara tegas diingatkan Allah s.w.t. agar tidak menggunakan kekerasan dalam upaya memperbaiki masyarakat. Status beliau ditegaskan dalam ayat Al-Quran:
Maka nasihatilah, sesungguhnya engkau hanya seorang pemberi nasihat. Engkau bukan penjaga atas mereka.’ (S.88 Al-Ghasyiyah:21-22)
Ajaibnya ayat di atas itu diwahyukan di Mekah di masa awal himbauan Rasulullah s.a.w. dimana beliau telah diisyaratkan akan memperoleh kekuasaan besar tetapi jangan menggunakannya untuk memaksakan kehendak diri beliau atas orang lain. Pada intinya Rasulullah s.a.w. tidak pernah menarik orang ke dalam agama Islam dengan kekuatan pedang tetapi melalui laku takwa, kasih dan pengabdian beliau kepada Allah s.w.t. yang telah menaklukkan hati para musuh sedemikian rupa sehingga mereka yang tadinya berniat membunuhnya malah kemudian tunduk di kaki beliau dan mempertahankan beliau dari serangan para musuh.
Pada saat haji perpisahan, Rasulullah s.a.w. dalam penutupan Khutbah Perpisahan beliau menyatakan:
‘Seperti halnya bulan ini suci, tanah ini tanah suci dan hari ini hari suci, demikian pula halnya Tuhan telah menjadikan jiwa, harta benda dan kehormatan tiap-tiap orang juga suci. Merampas jiwa seseorang atau harta bendanya atau menyerang kehormatannya adalah tidak adil dan salah, sama halnya seperti menodai kesucian hari ini, bulan ini dan daerah ini. Apa yang kuperintahkan pada hari ini dan di daerah ini berarti bukan hanya untuk hari ini. Perintah-perintah ini adalah untuk sepanjang masa. Kalian diharapkan mengingat dan bertindak sesuai dengannya sampai kalian meninggalkan alam dunia ini dan berangkat ke alam nanti untuk menghadap Khalik-mu.’
Sebagai penutup beliau bersabda:
‘Apa-apa yang telah kukatakan kepada kalian, sampaikanlah ke pelosok-pelosok dunia. Mudah-mudahan mereka yang tidak mendengarku sekarang akan mendapatkan faedah lebih daripada mereka yang telah mendengarnya.’ (Sihah Sitta, Tabari, Hisyam dan Khamis)
Kepedulian Rasulullah s.a.w. yang sangat atas kesejahteraan umat manusia dan penciptaan kedamaian di seluruh dunia sungguh tidak ada batasnya. Adalah suatu tragedi bahwa dalam masa sekitar seribu tahun terakhir ini para pemuka dan negeri Muslim, sebagian besar telah mengabaikan hakikat ajaran Al-Quran dan Rasulullah s.a.w. semata-mata hanya untuk pemuasan keserakahan dan nafsu kekuasaan atau mencari kekayaan. Mereka berperang satu sama lain untuk memperebutkan kekayaan duniawi dan melalui laku lajak mereka telah menganiaya orang-orang yang tidak berdosa. Secara culas mereka telah mengkhianati bangsanya sendiri dan sesama negeri Muslim hanya untuk mendapatkan kekayaan moneter dan kekuasaan dari musuh-musuh Islam. Sebagian besar dari pemuka ruhani dan duniawi telah menyesatkan bangsanya sendiri dan membawa kebusukan dalam tubuh, fikiran dan jiwa masyarakat. Pada masa kini, beberapa anak muda Muslim secara konyol telah ‘dicuci otaknya’ sehingga menganggap laku barbar, teror, bunuh diri dan pembunuhan yang mereka lakukan akan menjadikan mereka mendapat derajat syuhada. Sesungguhnya mereka ini telah membawa kebusukan ke ambang pintu agama yang katanya mereka cintai. Nama Islam sekarang tidak lagi bernuansa kedamaian melainkan disinonimkan dengan laku teror.
Sebagian besar negara-negara di dunia pernah melancarkan perang politis tetapi kelihatannya hanya negeri-negeri Muslim yang melaksanakan perang Jihad dimana mereka telah membantai satu sama lainnya. Berkaitan dengan itu perlu kiranya disinggung juga kejadian di New York (peristiwa 11 September) dan apa yang terjadi di Afghanistan dan Timur Tengah dimana ‘Jihad Islam’ telah dilancarkan membabi-buta oleh organisasi-organisasi Muslim ekstrim terhadap bangsa-bangsa non-Muslim.
Rasulullah s.a.w. ada mengingatkan bahwa umat Muslim di akhir zaman, terutama para pemuka mereka, akan jauh sekali dari hakikat Islam dan bahkan sebagian dari mereka akan menjadi seburuk-buruknya mahluk. Para pemuka ini akan menyesatkan para muda-mudi Muslim yang sebenarnya memiliki intelegensi cukup. Para pemuka ini mendidik dan mengindoktrinasi mereka bahwa jika mereka menyerahkan nyawa dalam apa yang mereka katakan sebagai jalan Islam, maka mereka ini akan langsung masuk surga sebagai suhada. Betapa bohongnya mereka itu dan betapa menipunya. Mestinya umat Islam bertanya kepada para pemuka itu “Atas kewenangan siapa kalian ini membuat pernyataan seperti itu?” Wahai muda-mudi Muslim yang diperintahkan melakukan tindakan mengerikan demikian, kalau seperti kata mereka itu bahwa kalian akan jadi suhada dan masuk surga, katakanlah kepada mereka silakan tunjukkan teladannya dengan melakukannya sendiri. Tanyakan kepada mereka itu ‘Mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?’ (S.61 Ash-Shaf: 2)
Laku demikian sama sekali tidak bisa disebut sebagai suatu amal saleh, bahkan lebih merupakan pencemaran nama Islam serta pendurhakaan terhadap firman Tuhan. Al-Quran jelas menyatakan:
‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta bendamu antara sesamamu dengan jalan batil, kecuali yang kamu dapatkan dengan perniagaan berdasar kerelaan di antara sesamamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadapmu.’ (S.4 An-Nisa: 29)
Kata-kata ‘janganlah kamu membunuh dirimu’ melarang keras tindakan bunuh diri. Disamping itu apakah mungkin laku pembunuhan orang-orang tidak berdosa dianggap sebagai amal saleh yang akan memberikan izin seorang Muslim masuk pintu surga? Yang pasti adalah membuka jalan ke pintu neraka! Abu Zaid bin Thabit bin Dhahak meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Barangsiapa yang bersumpah palsu dan tidak mengatakan keadaan yang sebenarnya, sesungguhnya ia bukan dari pengikut Islam sebagaimana ia menganggap dirinya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sebuah alat maka ia akan disiksa dengan alat itu pada Hari Penghisaban. Seseorang tidak boleh bersumpah tentang sesuatu yang bukan haknya. Mengutuk seorang mukminin sama saja dengan membunuhnya.’ (Bukhari, Kitab Adab, bab Memanggil dengan nama buruk dan mengutuk)
Dengan demikian para pria dan wanita yang menyebut dirinya Muslim yang berencana membunuh dirinya atau mengajak orang lain untuk bunuh diri dengan menggunakan bom sehingga menyebabkan matinya orang-orang yang tidak berdosa, perhatikanlah ayat Al-Quran dan Hadith dari Penghulu kalian. Bukan derajat suhada yang akan kalian peroleh tetapi neraka jahanam.
Terorisme di abad modern ini sama sekali bertentangan dengan visi dan penafsiran tentang hakikat Jihad Islamiah. Perang politis tidak bisa disebut sebagai Jihad. Teriakan Jihad terdengar berulang-ulang dan dari berbagai penjuru. Namun apa sebenarnya makna Jihad yang dimaksud Allah s.w.t. dan Rasul-Nya? Apa yang menjadi Jihad di masa kini yang patut kita ikuti? Al-Quran mengemukakan Jihad lain yang disebut sebagai Jihad Akbar sebagai:
‘Janganlah mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran ini dengan jihad yang besar.’ (S.25 Al-Furqan:52)
Jihad akbar dan hakiki menurut ayat ini adalah melaksanakan dan mengajarkan isi Al-Quran.Sekarang ini bukan lagi masanya menghunus pedang tetapi saatnya menggunakan hujjah. Apa yang dimaksud dengan hal ini dan bagaimana caranya kita harus masuk dalam medan laga agar manusia menyadari keindahan Islam dan ajarannya? Salah satu jawabannya adalah dengan memahami makna dari Jihad Fiallah atau Jihad Akbar yaitu Jihad terhadap nafsu dan kecenderungan buruk dalam diri kita, khususnya perjuangan kita melawan Syaitan. Inilah yang dimaksud dengan Jihad hakiki, Jihad individual guna memperbaiki diri menjadi saleh dan hamba Allah serta merobah Syaitan-syaitan dalam diri kita menjadi Muslim yang muttaqi agar kita bisa menarik orang lain ke dalam agama Islam. Al-Quran menyatakan:
‘Barangsiapa berjuang maka ia berjuang untuk dirinya pribadi, sesungguhnya Allah Maha Kaya, bebas dari sekalian mahluk-Nya.’ (S.29 Al-Ankabut:6)
Ayat ini menggambarkan apa yang dimaksud sesungguhnya dengan seorang Mujahid, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah. Wawasan agung dan luhur yang dilaksanakan secara konsisten dan konstan dalam praktek aktual itulah yang dimaksud sebagai Jihad dalam terminologi Islam, sedangkan orang yang melaksanakan dan mengamalkannya disebut sebagai Muhajid. Kita ini harus menjadi teladan yang sempurna dari ajaran Islam dan untuk itu kita harus memahami ajaran Al-Quran serta sunah Rasul. Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa sebaik-baik pernyataan dari keimanan yang hakiki adalah orang lain selalu terpelihara dan hidup damai karena perlindungan kita. Islam disebut agama yang terbaik ialah jika semua orang aman dari kita dan kita tidak pernah mencederai mereka baik dengan tangan atau pun lidah (Bukhari, Kitabul Iman).
Hadith itu merupakan kesimpulan dan teladan sempurna untuk kehidupan kita di dalam masyarakat. Wajib bagi setiap Muslim bahwa perilakunya harus menjadi teladan dan tidak ada siapa pun yang akan dirugikan dengan cara apa pun. Hal ini menjadi bagian dari keimanan dan senyatanya menjadi dasar dalam hubungan kita dengan Allah s.w.t.. Sebagai seorang mukminin sejati, kita tahu bahwa tujuan utama dalam kehidupan ini adalah mendekati Allah s.w.t.. Hidup ini singkat sekali dan sebelum kita sadari, separuh usia sudah lewat dengan cepatnya. Kita mengetahui dari Al-Quran bahwa hubungan seperti itu bisa diciptakan, namun juga dinyatakan bahwa kita harus berjuang mencarinya. Jika kita perhatikan kehidupan duniawi, kita bisa melihat upaya perjuangan seperti apa yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan. Cara yang sama dengan berjuang di jalan Allah akan menuntun kita pada pertemuan dengan Wujud-Nya.
Semestinya kita menilik ke dalam batin sendiri dan melihat berapa banyaknya waktu dan upaya yang dikeluarkan bagi keruhanian setiap harinya. Apakah ada kita berupaya setengah atau bahkan seperempat dari tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk dunia? Apakah hati kita sesungguhnya mendambakan kasih Allah sebagaimana halnya mendambakan kemewahan dunia? Apakah ada kita menghabiskan waktu yang banyak untuk berdoa, membaca Al-Quran, membelanjakan harta dan waktu di jalan Allah? Apakah hati kita ada menangis melihat penderitaan saudara-saudara kita dan apakah ada kita berupaya datang kepada mereka dengan tulus hati menyampaikan pesan Ilahi? Adakah kita mematuhi sepenuhnya ketentuan dan peraturan dalam Kitabullah, karena sesungguhnya tidak ada petunjuk yang lebih baik daripadanya. Semua ketentuan dan peraturan tersebut adalah bagi kemaslahatan kita sendiri. Siapa yang mengetahui jalan Allah yang terbaik kecuali Allah sendiri? Kita semestinya mematuhi kaidah Ilahi guna memastikan bahwa kita terpelihara dari pengaruh jahat internal mau pun eksternal diri kita serta mencerahkan perjalanan ruhani. Semua itu memerlukan perubahan dalam kebiasaan dan gaya hidup yang selama ini dianut. Fikiran dan pandangan perlu diubah dan dimodifikasi. Upaya demikian adalah berat dan melelahkan tetapi semua perjuangan memang berat dan menyakitkan adanya.
Orang-orang yang hidup berdasarkan pedoman Tuhan dan selalu berjuang di jalan-Nya maka mereka menjadi teladan hidup dari hamba-hamba Allah. Mereka kelihatan menonjol dibanding lingkungannya. Ada perubahan sempurna dalam internal dan eksternal pribadi mereka sehingga orang-orang lain akan terpana dan menghormati mereka karena adanya nur Ilahi yang bersinar dari wajah mereka. Mereka itu senyatanya menjadi bukti hidup dari ayat Al-Quran bahwa:
‘Dan tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebajikan.’ (S.29 Al-Ankabut:70)
Kata Jihad itu mencakup keseluruhan aktivitas positif yang harus dilakukan seorang Muslim dan kita semua harus berlaku sebagai Mujahid yang secara istiqomah memperbaiki diri. Berjuang demi Allah membutuhkan tekad bulat dan keteguhan hati, dimana hal ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa keimanan, pemahaman dan keyakinan yang hakiki kepada Wujud Maha Agung yang Maha Kuasa serta kepastian adanya kehidupan setelah kematian. Jika seorang Muslim meyakini bahwa keimanannya itu benar adanya, agama yang dianutnya itu juga benar maka ia tidak perlu takut kepada orang-orang yang berusaha menariknya keluar dari keimanan demikian. Sebaliknya, ia harus menerima mereka di rumahnya dengan senang hati dan melalui amal dan kata yang saleh, insya Allah, bisa menarik mereka ke dalam agamanya.
Sebelum masuk menjadi Muslim Ahmadiyah sekitar 14 tahun yang lalu, saya selalu berusaha selama hampir dua tahun untuk menarik seorang teman Ahmadi ke dalam agama Kristen. Teman ini sama sekali tidak mengambil sikap permusuhan, malah ia banyak mengajarkan kepada saya kebenaran agamanya dalam kata dan amal perbuatan, sehingga akhirnya tidak saja saya malah jatuh cinta kepada agama Islam, bahkan aku mencintai teman ini sebagaimana seseorang mencintai saudara kandungnya sendiri. Ia selalu menempatkan agama dan kewajiban agama di muka segalanya, bahkan kepentingan keluarganya sendiri. Melalui kata-kata dan amalnya yang saleh serta mengikuti teladan Rasulullah s.a.w. ia ini tidak saja berhasil menyeru saya tetapi juga banyak orang Inggris lainnya ke dalam Islam yang hakiki. Ia melaksanakan Jihad hakiki, tidak dengan kekerasan tetapi dengan ajakan yang lembut. Ia banyak mengalami rintangan namun kesabaran dan sifat istiqomahnya, terlebih lagi kecintaannya kepada sang Khalik, telah menjadikan dirinya sebagai penyeru kepada Allah yang paling berhasil.
Pedih hati ini menyaksikan laku ketidakadilan yang ditimpakan bangsa-bangsa Barat terhadap umat dan negeri-negeri Muslim. Tetapi lebih menyedihkan lagi menyaksikan tindakan orang-orang yang menyebut dirinya Muslim yang mencanangkan Jihad terhadap siapa pun yang tidak sependapat dengan penafsiran mereka tentang ajaran Islam dimana mereka melakukan tindak kekejaman yang memalukan atas nama Islam. Bagaimana bisa mereka menarik minat orang lain kepada agama Islam?
Betapa menyedihkan dan memalukan bahwa seorang yang asing sama sekali dan tidak pernah merugikan kita dan sedang menjalankan perintah kedinasannya, lalu ditembak mati tanpa alasan sehingga isterinya menjadi janda, anak-anaknya menjadi yatim serta tempat tinggalnya menjadi rumah berkabung. Hadith mana dan ayat Al-Quran mana yang memerintahkan tindak laku yang keji seperti itu? Apakah ada seorang saja ulama  yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan ini? Umat awam yang tidak berpengetahuan, begitu mendengar kata Jihad lalu menjadikannya sebagai pembenaran untuk memenuhi nafsu pribadi mereka sendiri.

Senin, 02 April 2012

SUDAH SAATNYA KITA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)

Arti Penting dan Kedudukan Berbakti Pada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Alloh Ta’ala berfirman: “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36). Di dalam ayat ini perintah berbakti kepada dua orang tua disandingkan dengan amal yang paling utama yaitu tauhid, maka ini menunjukkan bahwa amal ini pun sangat utama di sisi Alloh ‘Azza wa Jalla. Begitu besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at. Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.

Ancaman Durhaka Kepada Orang Tua

Wahai saudaraku, Rosululloh menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Alloh. Dalam hadits Abi Bakrah, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)

Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagaa perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al Imam Al Albani, 2.898)

Alloh pun menegaskan dalam surat Al Isro’ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang apalagi yang lebih dari itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.

Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya? Memang tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh, akan tetapi bagaimana sikap kita dalam menolak itupun harus dengan cara yang baik tidak serampangan. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Alloh tergantung pada ridho kedua orangtua.

Kamis, 26 Mei 2011

ISLAM YANG SEBENAR

Penjelasan Biasa

Dalam bahasa Arab, perkataan "Islam" bermaksud "tunduk" atau "patuh". Jika seorang Muslim ditanya, "Apakah itu Islam?", biasanya dia akan menjawab, "Agama yang tunduk kepada Allah, satu-satu Tuhan yang benar."

Jawapan ini terlalu ringkas. Untuk memahami Islam yang benar, satu gambaran yang jelas yang diperlukan. Untuk mendapat gambaran yang jelas ini, satu penelitian sejarah diperlukan.

Islam Dalam Sejarah

Sebelum Islam bertapak di tanah Arab di bawah pimpinan Muhammad, terdapat empat jenis kepercayaan yang berpengaruh di sana.

  1. Arab Jahiliah
  2. Mereka ini penyembah-penyembah berhala yang percaya kepada satu Tuhan yang Maha Tinggi, dewa-dewi dan berbagai jenis kuasa ghaib. Walaupun begitu, sebilangan besar daripada mereka (terutamanya bani Quraisy di Mekah) mengaku diri mereka dari keturunan Ibrahim.

    Rumah berhala mereka yang terkenal ialah Kaabah yang bertempat di Mekah. Di dalamnya terdapat berbagai objek-objek pujaan dan berhala.

  3. Yahudi
  4. Pada zaman Muhammad, terdapat ramai orang Yahudi di tanah Arab. Sebilangan besar dari mereka bukan Yahudi sejati melainkan yang telah memeluk agama Yahudi. Menurut Yaqubi, bani Yahudi Quazah dan Nadhir di Madinah merupakan suku-bangsa Arab Jurham yang telah diyahudikan.

    Orang Yahudi pada masa itu lebih berpengetahuan tentang dongeng rakyat dan tulisan ulama mereka daripada apa yang sebenarnya di tulis dalam Taurat. Malah, ada yang telah lupa bahasa asal mereka dan tidak dapat lagi membaca kitab Taurat yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Kerana ulama-ulama Yahudi sahaja yang memahami kitab Taurat, ayat-ayat dari kitab itu terpaksa diterjemahkan secara spontan ke dalam bahasa Arab dalam upacara-upacara sembahyang umum.

  5. Kristian
  6. Orang yang pertama menjadi Kristian ialah orang Yahudi. Mereka berbeza dengan orang Yahudi lain kerana menerima Isa sebagai Al-Masih yang telah dijanjikan Allah. Apabila semakin ramai orang bukan-Yahudi memeluk agama Kristian, mereka mula membentuk identiti mereka sendiri. Pada zaman Muhammad, orang Kristian telah wujud selama enam ratus tahun. Dalam masa yang singkat itu, agama Kristian berjaya menjadi agama utama di Timur Tengah.

    Akan tetapi orang Kristian pada masa itu telah pudar semangat dan banyak ajaran-ajaran sesat telah berjaya memecahbelahkan penduduk Kristian kepada kelompok-kelompok yang bertentangan fahaman. Ramai orang keliru tentang fahaman Kristian yang benar terutamanya mereka yang tidak berpeluang membaca Alkitab (gabungan kitab Taurat, Mazmur dan Injil) untuk mengkaji isu-isu yang diperdebatkan.

    Suasana ini merebak ke tanah Arab yang pada masa itu tidak memiliki Alkitab dalam bahasa Arab. Orang Kristian di tanah Arab pada masa itu terdiri dari golongan Nestoria, Baizantin dan Monofisit. Golongan Baizantin dan Monofisit merupakan dua golongan paling berpengaruh dan merekalah yang menimbulkan perbalahan apabila memanggil Maryam, Ibu Tuhan. Maka tidak hairanlah jika suasana seperti itu telah menghalang Muhammad daripada mendapatkan ajaran Kristian yang benar.

    Akhirnya, penyebaran ajaran-ajaran sesat ini dapat disekat dan dibetulkan. Prosesnya mengambil masa yang lama kerana campur tangan berbagai pihak yang berkuasa. Apabila umat Kristian berjaya bangkit dari kemelut akidah yang telah memecahbelahkan mereka, Islam telah pun bertapak di Timur Tengah dan Afrika Utara.

  7. Hanif

Perkataan Hanif bermaksud "Dia yang berpaling" iaitu daripada penyembahan berhala. Orang Hanif ialah orang Arab Jahiliah yang telah dipengaruhi oleh fahaman Yahudi dan Kristian lalu mereka menolak amalan penyembahan berhala. Mereka tidak berjemaah tetapi percaya agama yang benar ialah agama yang dipegang bapa bangsa mereka, Ibrahim.

Agama Yahudi, Kristian dan Islam masing-masing menuntut mewakili agama Ibrahim yang sebenar. Adalah menarik bahawa dari empat Hanif yang diceritakan oleh Ibn Ishaq, tiga daripada mereka menemui kebenaran yang dicari-cari mereka dalam agama Kristian.

Hanif yang pertama ialah Waraqah bin Naufal, sepupu Khatijah, isteri pertama Muhammad. Dia memeluk agama Kristian dan menjadi seorang Kristian yang terpelajar. Walaupun dia adalah saudara dan penasihat rohani Muhammad, dia tidak pernah memeluk agama Islam. Selepas kematiannya, Muhammad telah bermimpi melihat Waraqah berpakaian putih dan mengambilnya sebagai tanda Waraqah selamat di syurga.

Hanif kedua ialah Abdullah bin Jashy. Pada mulanya dia memeluk agama Islam tetapi kemudiannya memeluk agama Kristian setelah berhijrah ke Habsyah akibat penganiayaan di Mekah. Abdullah selalu bersaksi kepada pelarian Islam yang lain tentang pengalaman rohaninya yang baru itu. Dia pernah berkata, "Kami (Kristian) melihat dengan jelas tetapi kamu (Islam) mengerdip mata sahaja." Maksudnya jelas – Abdullah percaya bahawa orang kristian mempunyai pandangan yang jelas dalam hal-hal rohani manakala Islam masih belum berjaya melihat terang kebenaran Allah.

Hanif yang ketiga ialah Usman bin Huarith. Dia merupakan saudara isteri pertama Muhammad dan memeluk agama Kristian semasa di Baizantin.

Hanif yang keempat, Zaid bin Amru, tetap Hanif sampai akhir hayatnya. Dikatakan dia selalu berdoa, "Ya Allah. Jika aku tahu jalan mana yang paling Engkau berkenan, aku akan menyembah-Mu dengannya. Tetapi aku tidak tahu."

Sebelum kerasulannya, Muhammad merupakan seorang Hanif. Pada setiap tahun, di bulan Ramadan, dia akan pergi bertapa di Gua Hira yang berdekatan dengan Mekah. Amalan ini sebenarnya berasal daripada orang Kristian di Syria yang kemudiannya menjadi popular di kalangan orang Arab.

Mengikut ajaran Islam, kenabian Muhammad bermula pada satu malam pada bulan Ramadan apabila dia terdengar satu suara menyuruh dia "mengucap" (yakni ayat-ayat Al-Quran yang bakal diturunkan kepadanya). Suara ini didengarnya ketika dia sedang bertapa di Gua Hira. Apabila dia mempertimbangkan kata-kata tersebut, malaikat Jibrail telah menjelma dan memberitahunya, "Muhammad! Engkaulah rasul Allah."

Pada mulanya Muhammad menyebarkan mesej Islam di kalangan orang Arab sahaja. Selepas dia berhijrah ke Madinah (yang banyak berpenduduk Yahudi), dia cuba memujuk orang Yahudi menerimanya sebagai seorang nabi setaraf nabi-nabi dalam kitab Taurat. Muhammad mengelar orang Yahudi dan Kristian "ahli-ahli kitab". Walaupun begitu, orang Yahudi menentang Muhammad dan menolak mesejnya. Mereka yakin kitab suci mereka tidak menyatakan apa-apa tentangnya. Sejak dari itu, Muhammad mula bermusuhan dengan mereka.

Apabila ditanya sama ada orang Islam orang Yahudi atau Kristian, Al-Quran mengarahkan orang Islam untuk memberi jawapan ini:

Berkata mereka itu: Beragama Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani, supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (Kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak-anaknya (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan Isa, dan apa-apa yang telah diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbezakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah. Maka jika mereka beriman seperti keimanan kamu, sesungguhnya mereka mendapat petunjuk; tetapi jika mereka berpaling (tiada beriman seperti keimananmu), maka hanya mereka dalam perpecahan (dengan kamu); maka engkau akan dipeliharakan Allah dari kejahatan mereka, dan Dia Mahamendengar, lagi Mahamengetahui. (2 Surah Al-Baqarah ayat 135-137)

Apabila ayat-ayat ini yang dipandang dari sudut sejarah, maka jelaslah agama Islam merupakan satu panggilan untuk kembali kepada agama Ibrahim dan mesej nabi-nabi Allah. Apakah ini telah dilakukan penganut agama Islam? Apakah Islam hari ini mewakili agama Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub yang sebenar? Apakah kitab Musa dan Isa ditaati hari ini oleh pengikut Islam?

Agama Ibrahim

(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islamlah engkau! Jawabnya: Saya telah Islam(patuh mengikut) Tuhan semesta alam. (2 Surah Al-Baqarah ayat 131)

Siapakah yang terlebih baik agamanya dari orang yang menundukkan mukanya kepada Allah sedang ia berbuat kebaikan dan mengikut agama Ibrahim yang lurus? Allah telah mengangkat Ibrahim itu sebagai tolan (sahabat). (Surah An-Nissak ayat 125)

Agama Ibrahim ialah agama penundukan dan ketaatan kepada perintah-perintah Allah. Ibrahim menikmati banyak berkat kerana kejayaannya tunduk dan taat kepada Allah. Dia telah diberi anak yang soleh walaupun sudah berusia, anaknya ditebus Allah ketika Ibrahim patuh kepada arahan Allah (melalui mimpi) untuk menyembelih anaknya dan dia dijadikan imam bagi manusia. Akan tetapi berkat paling besar dialami Ibrahim ialah penghormatan menjadi sahabat Allah.

Bagaimana dengan anda hari ini? Apakah anda berjaya tunduk dan taat kepada perintah-perintah Allah Ibrahim, Ishaq dan Yaqub? Apakah berkat-berkat yang telah anda alami sebagai hasil kepatuhan ini? Apakah anda seorang sahabat Allah?

Mengapakah Allah berkenan kepada nenek moyang kita Ibrahim? Allah berkenan kepada Ibrahim kerana perbuatan Ibrahim, iaitu mempersembahkan Ishaq, anaknya di atas mezbah, sebagai persembahan kepada Allah. Kamu tidak nampakkah bahawa Ibrahim menunjukkan imannya dengan perbuatannya? Oleh itu, iman Ibrahim menjadi sempurna. Perkara itu sesuai dengan ayat Alkitab, "Ibrahim percaya kepada Allah, dan kerana imannya Allah menerima dia sebagai orang yang melakukan kehendak Allah." Itulah sebabnya Ibrahim disebut sahabat Allah. (Yakub bab 2 ayat 21-23)

Rabu, 20 Oktober 2010

Inilah Mujahidah Yang Akhirnya Menjadi Bintang Porno



image Andi Soraya adalah sebuah anomali: ia pernah begitu ‘perkasa’ sebagai kader perjuangan (baca: mujahidah) yang bercita-cita mentegakkan syariat Islam, tapi kini disebut-sebut sebagai salah satu artis panas, yang memerankan berbagai adegan ‘panas’ dalam beberapa film yang ia bintangi. Setelah film komedi Anda Puas Saya Loyo, kini nama Andi Soraya atau akrab disapa Aya dikaitkan dengan sebuah adegan panas terbarunya dalam sebuah thriller film berjudul "Hantu Puncak Datang Bulan". Atas portofolionya di layar lebar itu, bahkan, sebuah ormas menjuluki ia sebagai "Miyabi dari Indonesia".

Di era pertengahan 1990-an hingga awal tahun 2001, ia adalah salah seorang perempuan tangguh di komunitas Negara Islam Indonesia faksi Zaytun. Aya, yang ketika itu bersuamikan seorang masĂșl (aparat) NII-Zaytun tingkat onder district/kecamatan/Ibrahim, dikenal sebagai seorang kader jaringan sel Cilandak-Jakarta Selatan. Di masa itu, nama Aya disebut-sebut sebagai kader yang mampu menjadi jembatan bagi perekrutan beberapa artis terkenal menjadi kader NII-Zaytun, seperti Dewi Sandra, Surya Saputra, Indra Brasco, Mona Ratuliu, Tia Ivanka, Ersa Mayori, Vivit Kavi, dan lain-lain.

Aya, yang ketika itu lebih dikenal sebagai model beberapa iklan komersial punya pergaulan luas di kalangan artis. Status ia sebagai istri (qarinah) seorang aparat di gerakan itu kemudian menjadi strategis dalam upaya merekrut kalangan artis dan model, yang tentu saja juga potensial dari sisi kemampuan finansial. Kata seorang teman, yang secara langsung pernah menjadi pembina Aya, perempuan ayu berdarah Libanon ini merupakan jamaah perempuan pertama di Distrik Cilandak yang berasal dari kalangan model dan artis. "Aya adalah anak binaan kami, yang menjadi pintu masuk bagi perekrutan artis-artis lain," kata BM, yang kini juga sudah tidak lagi bergabung dengan jaringan NII-Zaytun.

Memang, tak ada kaitan langsung antara karir Aya sebagai bintang film yang cukup berani melakukan adegan berkonotasi ponografi dengan kisah keterlibatannya di jaringan NII-Zaytun. Sejak bercerai dengan mantan suaminya, yang kader NII itu, Aya terkesan kejar target. Kisah "kumpul kebo"-nya dengan Steve Emmanuel merupakan titik balik citra dirinya yang sama sekali kontras dengan portofolionya di NII. Tak ada yang tahu pasti kenapa Aya kemudian memilih jalan hidup yang sangat bertolak belakang dengan masa lalunya dua puluh tahun silam itu. Hanya ia dan DIA yang